Assalamu'alaykum
Wr. Wb.
Saya
mencoba memperkenalkan metode pengenalan diri melalui nama surah (khususnya 5
surah pertama) dari al-Qur’an dengan semua kesederhanaan kalimatnya. Semoga bermanfaat.
Surah
pertama dalam al-Qur’an
adalah al-Fatihah, surah ini juga dikenal sebagai surah pembuka, ummul Qur’an, surah 7 ayat berulang dan sebagainya. Inilah inti dari
al-Qur’an, tanpa surah ini maka sebuah kitab
tidak bisa disebut al-Qur’an, tanpa membaca surah ini pula maka tidak syah sholat seorang
muslim.
Setiap
manusia, siapapun itu didalam sejarah hidupnya pasti melalui surah al-Fatihah,
artinya kita-kita ini pasti pernah memulai dari awal, dari dasar. Apa awal dari
manusia ? nutfahkah ? mungkin jawaban ini benar, tetapi nutfah adalah pembentuk
awal kemanusiaan dan bukan awal dari manusia itu sendiri. Awal kehidupan
manusia dimulai sejak ia dilahirkan ibunya kedunia ini. Detik pertama dia
menghirup udara maka detik itupulalah sejarah manusia tersebut dimulai.
Bahkan
seorang ‘Isa al-Masih yang proses kejadiannya
tampak begitu istimewa, tidak terkecuali untuk memulai hidupnya dari seorang
bayi merah. Sama seperti yang lain.
(lihat
rujukan Qs. Ali Imran 3 ayat 59)
Dari surah
ini kita diajar banyak hal, bahwa semua ayat baik yang panjang maupun yang
pendek didalam al-Qur’an
akhirnya akan kembali pada surah al-Fatihah, karena dalam surah inilah semua
pujian dan doa serta pentauhidan Tuhan terintegrasi menjadi satu.
Begitupula
manusia, dia hakekatnya adalah bayi, semua kedudukan sosial serta harta benda
yang ia miliki akan kembali pada kekerdilan dirinya dimata sang Khaliq yang
serba Maha.
Sosok
manusia tidak ubahnya bagaikan bulatan kecil bumi ditengah samudra galaksi yang
Maha Luas dan tak hingga (alpha dan omega). Kenapa manusia masih banyak yang
berlaku sombong atas semua yang dia miliki ? Dilihat secara ultraviolet,
manusia itu telanjang, tanpa pakaian, tanpa kedudukan, tanpa apa-apa. Begitulah
kira-kira cara Tuhan memandang kita (lihat rujukan Surah al-A’raaf 7 ayat 26)
Jikapun kita
berkuasa, apakah iya kita berkuasa atas nafas kita ? atas udara yang kita hisap
? apa iya kita berkuasa atas setan yang ada didiri kita ? – Rasanya kok nggak ya.
Bahkan satu
contoh yang paling ringan bahwa kita tidak berkuasa untuk menahan rasa kebelet
untuk buang air. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang akan kita dustakan ?
(lihat rujukan Surah an-Najm 53 ayat 55)
Artinya,
semua anggota tubuh kita ini bukanlah milik kita, apalagi harta dan kedudukan.
Kita ini bayi, kita ini al-Fatihah, seharusnya kita menjadi ayat yang berfungsi
sebagai pujian terhadap Allah, sebagai alat pengabdian, penyebar petunjuk bagi
orang lain kepada jalan yang lurus sekaligus penolak pada nilai-nilai
kebatilan, keterpurukan dan kesesatan.
Surah kedua
adalah al-Baqarah, yang secara harfiah berarti Sapi Betina.
Seorang bayi yang baru lahir, dia memerlukan asupan susu, entah itu berupa ASI atau susu olahan.
Seorang bayi yang baru lahir, dia memerlukan asupan susu, entah itu berupa ASI atau susu olahan.
Jika
sebagai penyambung al-Fatihah tertulis al-Baqarah, ini tidak serta merta satu
petunjuk bahwa seorang bayi harus minum susu sapi.
Penyebutan
sapi betina merujuk pada satu kebutuhan yang ada pada seorang bayi, dia perlu
kehangatan, dia perlu nutrisi awal, nutrisi satu-satunya yang bisa ia cerna,
karena tidak mungkin dia bisa mengkonsumsi coca cola atau fanta, dia perlu
susu, perlu hal yang putih, bersih dan sehat.
Inilah
gambaran kita, membutuhkan nilai-nilai yang lurus, yang bisa memenuhi gizi
kejiwaan sebagai satu-satunya sumber asupan yang bisa kita terima agar bisa
tumbuh menjadi kepribadian yang dewasa dan tangguh.
Kita perlu
nilai-nilai yang sehat dan benar untuk sampai pada satu pemahaman tertentu,
hati dan niat ini harus bersih dan akal kita harus bisa berpikir realistis
obyektif. Inilah makna ayat al-Qur’an : hendaklah engkau berlaku adil, jangan karena kebencianmu pada
sesuatu hal membuatmu gelap mata, membuatmu menjadi subyektif. (Lihat rujukan
Surah al-Maidah 5 ayat 8).
Surah
al-Baqarah merupakan satu-satunya surah terpanjang didalam al-Qur’an, ini merefleksikan bahwa manusia itu akan terus
memerlukan nilai-nilai yang bersih dan sehat tadi sepanjang masa, tidak ada
batasan, karenanya Nabi bersabda : menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim
sampai ia mendatangi kuburnya sendiri.
Selanjutnya
surah al-Baqarah disambung dengan ali Imran dan an-Nisaa’, masing-masing mewakili kedua orang tua kita, yang satu
laki-laki dan yang lainnya wanita. Bahwa didalam hidup, kita tidak hanya
membutuhkan nilai tetapi juga memerlukan bantuan lingkungan disekitar kita,
butuh keberadaan sosok bapak dan ibu yang membuat kita menjadi aman, tentram
dan damai. Secara lebih luas, kita perlu melakukan interaksi dengan semua
komponen masyarakat (pria dan wanita pada ali Imron dan an-Nisaa’ menggambarkan adanya keragaman).
Kita tidak bisa hidup sendiri, kita adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antar sesama kita (lihat rujukan Surah al-Hujuraat 49 ayat 13).
Kita tidak bisa hidup sendiri, kita adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antar sesama kita (lihat rujukan Surah al-Hujuraat 49 ayat 13).
Orang yang
hanya mau bergaul dengan sekelompok kaum tertentu saja, bertaklid pada satu
jemaah tertentu dan meninggalkan kaum atau jemaah yang lainnya sama seperti
seorang anak yang hanya memerlukan ibunya saja atau bapaknya saja, dan jelas
ini satu kepincangan.
Bersikaplah
yang wajar, bergaullah dengan semua komponen masyarakat tanpa membedakan apakah
mereka sama jemaahnya dengan kita, sama jalan pemikirannya dengan kita atau
sebaliknya. Apalagi jika ini menyangkut hubungan sesama muslim, malah al-Qur’an berkata, satukan hubungan yang retak antar sesama saudaramu
seiman, jauhi prasangka yang jahat kepadanya (lihat rujukan Surah al-Hujuraarat
49 ayat 12).
Surah
kelima, surah al-Maaidah yang berarti hidangan.
Hidangan disini adalah suatu sajian makanan, seorang bayi dia memerlukan asupan susu dan belaian kasih sayang kedua orang tuanya, seorang manusia perlu belajar nilai-nilai kebenaran yang obyektif dan melakukan silaturahhim terhadap sesamanya, dan dia perlu berbagi.
Hidangan disini adalah suatu sajian makanan, seorang bayi dia memerlukan asupan susu dan belaian kasih sayang kedua orang tuanya, seorang manusia perlu belajar nilai-nilai kebenaran yang obyektif dan melakukan silaturahhim terhadap sesamanya, dan dia perlu berbagi.
Saat sudah
menjelang dewasa usia, kita tidak lagi menjadi bayi, kebutuhan gizi kita sudah
lebih besar dari susu putih didalam botol. Kita menuntut menu lain, kita mulai
belajar memakan makanan yang lebih keras, lebih kejal dan lebih berasa.
Semakin
kita banyak belajar dan berinteraksi maka kepribadian kita seharusnya semakin
meningkat, semakin menuntut lebih banyak dari sebelumnya, semakin kita belajar
semakin kita merasa ilmu ini teramat sedikit, semua kekayaan pemikiran,
khasanah pengetahuan harus bertambah demikian juga dengan ketakwaan maupun
kesederhanaan jiwa.
Inilah inti
dari sabda Nabi : Sesungguhnya siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin
maka dia orang yang beruntung, tetapi orang yang hari ini lebih buruk dari
sebelumnya maka dia termasuk orang yang merugi (lihat rujukan Surah al-Ashar
103 ayat 1 s/d 3).
1 komentar:
artikel yang sangat bermanfaat sekali sob
Posting Komentar
Berkomentarlah Agar Admin Blog Ini Bisa Mengetahui Masalah Anda